KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka
penyusun telah berhasil menyelesaikan laporan praktikum mengenai “Laporan Resmi Praktikum Pembuatan Adhesive,
Pembuatan Lem Berbahan Dasar Dextrin”. Laporan yang sederhana ini disajikan
dari bahan materi yang diambil dari hasil pengamatan dari praktikum, Tanya
jawab bahkan buku dan situs internet sebagai pelengkapnya.
Atas
terselesainya laporan praktikum ini, pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Ibu Ir. Iswahyui MSCE dan asisten dosen yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat laporan praktikum ini.
2.
Teman-teman yang telah ikut serta
membantu penulis dalam mencari bahan guna mendukung penulisan laporan praktikum
ini.
3.
Semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum
ini.
Akhir
kata “tiada gading yang tak retak”,
begitu pula dengan laporan ini. Oleh karenanya kritik dan saran tetap
dinantikan untuk membantu penyempurnaan penyusunan laporan dimasa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca
pada umumnya
Yogyakarta, 25
Desember 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL...............................................................................................................
1
LEMBAR
PENGESAHAN....................................................................................................
2
KATA PENGANTAR
............................................................................................................
3
DAFTAR ISI
...........................................................................................................................
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang ......................................................................................................
5
1.2.
Tujuan praktikum...................................................................................................
6
1.3.
Rumusan Masalah...................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Dasar Teori..............................................................................................................7
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.
Alat dan bahan.......................................................................................................17
3.2.
Langkah Kerja.......................................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1.
Hasil........................................................................................................................18
1.2.
Pembahasan............................................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan............................................................................................................23
5.2.
Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................24
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Adhesive atau
lem atau juga sering disebut perekat merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
menyatukan dua benda yang sejenis, maupun yang tidak sejenis bersama dengan
aksi permukaan, sehingga kedua benda tersebut bisa bertahan terhadap aksi
pemisahan. Konon lem sudah ada sejak tahun 4000 SM. Pada situs dari zaman
prasejarah ditemukan jenazah bersama makanan dalam tempat keramik pecah, yang
direkatkan kembali dengan resin dari getah pohon. Di kuil Babilonia pun
ditemukan sejumlah patung dengan biji mata dari gading yang ditempelkan dengan
tar di rongga mata. Ini bukti, "lem" tar mampu bertahan selama 6000
tahun. Namun, referensi tertulis pertama tentang cara membuat dan memakai lem
baru muncul tahun +2000 SM. Sejumlah lukisan dinding menampilkan
secara mendetail proses pemakaian lem pada kayu. Berbagai benda seni dan
perabot dari makam para Firaun Mesir menampilkan peran lem binatang sebagai
perekat atau pelapis.
Pada tahun 1
- 500, semenjak Romawi dan Yunani mengembangkan seni pernis dan pelapisan kayu,
makin berkembang pembuatan lem dari binatang dan ikan. Bangsa Romawilah yang
pertama kali memanfaatkan tar dan lilin lebah untuk mendempul papan di perahu
dan kapal. Pada masa ini pula ditemukan lem baru, yakni "lem" putih
telur. Lucunya, lem ini mengandung bahan alamiah "aneh" seperti
darah, tulang, kulit, susu, keju, sayuran, dan biji-bijian. Selain untuk
merekatkan, lem juga ampuh membuat orang jadi tersohor. Konon, Jenghis Khan
bisa mengalahkan musuh-musuhnya karena kekuatan senjata pasukannya. Busur mereka
dibuat dari kayu jeruk lemon yang sudah dilapisi zat tertentu, lalu dengan lem
batang itu disatukan dengan tanduk kerbau. Sayangnya, ramuan lem itu tak
tercatat baik. Demikian pula formula lem untuk melapis kayu yang sudah diproses
khusus untuk membuat biola ajaib Antonio Stradivari. Meski sudah dicari dengan
alat paling canggih pun, formula itu belum juga tersingkap.
Perubahan
fenomenal sejarah lem terjadi tahun 1700-an, saat berdiri pabrik lem komersial
pertama di Belanda yang memproduksi lem binatang. Setengah abad kemudian paten
pertama dikeluarkan di Inggris untuk lem dari ikan. Dengan cepat disusul
terbitnya sejumlah paten untuk lem berbahan karet alam, tulang hewan, ikan,
kanji, dan kasein. Sedangkan pabrik pengolahan lem berbahan itu mulai banyak
berdiri di AS tahun 1900-an. Pengaruh Revolusi Industri tampak dengan
ditemukannya bahan dasar baru lem, yakni plastik. Tahun 1920 - 1940-an plastik
dan karet sintetis mulai diproduksi. Maka, lem pun menjadi lebih kuat, lentur,
cepat menempel, tahan terhadap suhu dan bahan kimia. (www.intisari.com/usutasal-lem)
Perekat yang berbasis pati dan
dekstrin adalah perekat yang sudah dikenal secara luas. Perekat tersebut berperan sangat luas dalam dunia industri,
khususnya dunia industri packaging. Secara prinsip,pati dan dekstrin digunakan
untuk perekat produk dari kertas. Kebanyakan karton corrugated direkatkan
dengan perekat pati dan dekstrin, dan substrat lain yang porus dengan mudah
dapat direkatkan perekat ini.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui Proses
pembuatan lem berbahan dasar dextrin
2. Mampu membuat lem
berbahan dasar dextrin
3. Mampu menentukan
substrat yang cocok untuk lem berbahan dasar dekstrin
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan adhesive?
2. Apa
yang dimaksud dengan dextrin?
3. Apa
kegunaan lem berbahan dasar dextrin?
4. Apa
keunggulan dan kekurangan lem berbahan dasar dekstrin?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Dasar Teori
1. Definisi
perekat menurut beberapa ahli :
- Shield
(1970) mendefinisikan
perekat sebagai suatu bahan yang dapat menyatukan bahan-bahan lainnya
melalui ikatan permukaan.
- Kennedy
et all (1984) mendefinisikan
perekat sebagai unsur yang mampu menyatukan bahan secara bersama melalui
ikatan secara kimia atau secara mekanik.
- Salomon
& Schonlau (1951)
mendefinisikan perekat sebagai bahan yg mampu menyambungkan atau
menyatukan kedua permukaan benda yg terpisah sehingga mempunyai kekuatan
yg memadai saat dikenai beban tertentu.
- Wake
(1976) & Ruhendi (1986) mendefinisikan perekat sebagai bahan yang mampu menyatukan
benda sejenis atau tidak sejenis melalui ikatan atau sentuhan permukaan
& menjadikan benda tsb memiliki sifat tahan terhadap usaha pemisahan.
2.
Istilah
yang ada dalam Adhesive
- Adheren
(substrat) adalah bahan yang akan direkatkan.
- Bonding
adalah proses perekatan
- Adhesi
adalah gaya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis.
- Kohesi
adalah gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis.
- Tackifier
adalah bahan untuk menambah daya rekat adhesive.
- Open
tack time adalah daya rekat awal yang terbentuk ketika perekat mulai
ditempelkan.
3.
Kegunaan
Perekat (Adhesive)
Secara
umum Perekat digunakan untuk mengikat aneka komponen struktur tertentu secara
efektif dan mudah, terlebih bila pemakaian teknik penyambungan (solder, paku,
sekrup) mengakibatkan distorsi, korosi serta kerusakan lainnya
4. Keuntungan perekat antara lain :
- Memudahkan
penyambungan bentuk yang rumit.
- Dapat
menyambung beberapa komponen sekaligus.
- Menyambungkan
bahan dengan ketebalan berbeda.
- Meminimumkan
penambahan bobot bahan-bahan yang disatukan.
- Menyeragamkan
distribusi tekanan pada bahan-bahan yang direkatkan.
- Perekat
juga memungkinkan terjadinya produk akhir yang memuaskan, hasil perekatan
rapi.
- Kekuatan
perekat sering amat tinggi, biayanya ekonomis dibandingkan cara lainnya.
5.
Kerugian
perekat antara lain
- Proses
perekatannya terkadang rumit agar hasilnya baik. Karena perlu persiapan
permukaan yg akan direkatkan, dsb.
- Kuat
ikatan optimalnya tidak seketika tercapai sebagaimana pada teknik las.
- Perekat
kebanyakan berdaya hantar listrik dan termal kurang baik. Kecuali bila
diisi oleh filler tertentu.
- Perekat
tidak 100% tahan panas, dingin, kerusakan organisme, bahan kimia, radiasi
dan kondisi pemakaian ekstrim.(A.J. Hartomo,dkk, 1992)
Adhesive merupakan
suatu komponen kompleks yang berfungsi menyambung 2 benda atau lebih. Adapun
komponen penyusun adhesive adalah sebagi berikut:
1.
Pengencer
Merupakan pelarut
bagi komponen perekat yang lain disamping untuk mengatur viskositas agar
perekat dapat disebarkan merata pada permukaan yang hendak direkatkan.
2.
Katalis
Merupakan
zat curing bagi sistem perekat dan resin termoset. Meningkatkan ikatan silang
polimernya. Katalis dapat berupa asam, basa, garam, senyawa belerang dan
peroksida, kuantitas pemakaiannya sedikit.
3.
Pengeras
Bergabung secara kimia dengan rekatannya. Pengeras dapat berupa monomer,
polimer, atau senyawa campuran. Jumlah pemakaiannya tertentu.
4.
Akselerator,inhibitor dan retarder
Digunakan untuk mengatur laju curing, akselerator mempercepat, inhibitor
menghambat drastis, sedangkan retarder untuk memperlambat sehingga dapat
memperlama masa simpan dan pemakaiannya.
5.
Modifier
meliputi, filler
( pengisi ) zat bukan perekat yang memperbaiki sifat kerja, keawetan dan
kekuatan rekatan. Bahan yang lazim dipakai adalah tepung kanji, silika dan
aluminium.
6.
Ekstender zat
yang bersifat perekat yang ditambahkan dalam rekatan untuk mengencerkan,
mengurangi kadar komponen lain agar lebih ekonomis.
7.
Pelarut cairan
atsir yang ditambahkan ke perekat untuk meningkatkan konsistensi berbagai
sifatnya.
8.
Penstabil ditambahkan
untuk meningkatkan ketahanan kerja perekat, misalnya terhadap (A.J. Hartomo,dkk, 1992)
Adhesive
alami adalah adhesive yang berasal dari alam dan diproses tanpa
penggabungan senyawa-senyawa kimia, Sumber dan jenis adhesive alami terbagi
menjadi:
1.
Hewani
Contohnya: Albumen, casein, shellac, dn
lain-lain
2.
Nabati
Contohnya: resin alam seperti minyak, protein, karbohidrat
3.
Mineral
Contohnya: bahan anorganik seperti silicat,
magnesium, paraffin, posfat, dan belerang
4.
Elastomer
Contohnya: karet alam dan turunannya. (A.J. Hartomo,dkk,
1992)
Karbohidrat
('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani
σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah
segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa
pada tumbuhan, kitin
pada hewan
dan jamur).
Pada proses fotosintesis, tetumbuhan
hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrat).
Karbohidrat
terbagi menjadi 3 kelompok;
- monosakarida,
terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh
larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
- disakarida,
senyawanya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh
larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
- polisakarida,
senyawa yg terdiri dari gabungan
molekul2 monosakarida yg banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis
menjadi banyak molekul monosakarida.
Perekat pati dan dextrin
adalah bahan yang ready stock, murah
meriah, dan mudah aplikasinya dalam dispersi air. Perekat tersebut
dipertimbangkan sebagai kelas perekat yang sangat murah untuk packaging.
Formulasi perekat pati dan dekstrin dapat dengan mudah diaplikasikan dalam
kondisi panas atau dingin. Secara umum perekaat tersebut disajikan untuk end
user dalam bentuk bubuk dan kemudian dicampur dengan air dalam penggunaannya,
relatif berwujud sangat pasta. Perekat pati dan dextri matang atau curing
dengan cara hilangnya kandungan air. Karena perekat tersebut curing dengan
struktur termosetting, maka mempunyai sifat ketahanan panas yang baik.
Kelebihan lain karena laju curing yang sangat lambat sehingga ada kelonggaran
waktu kerja. Kekurangannya meliputi ketahahan terhadap kelembaban yang rendah
dan mudah untuk pertumbuhan bakteri.
Walaupun
perekat pati dan dextrin telah digunakan
sejak lama ada beberapa alasan mengapa perekat alami tersebut secara
keseluruhan dapat diganti dengan oerekat sintetis. Berikut ini adalah daftar
kelebihan yang menjamin perekat tersebut akan selalu mengisi pasar salah satu
jenis perekat.
Tersedia(ready
stock) dengan baik dan murah harganya
Kualitasnya
stabil
Adhesi
ke selulosa dan substrat lain sangat baik
Tidak
larut dalam lemak dan minyak
Tidak
beracun dan biodegradable
Tahan
panas
Pati
dan dextrin (dextrin adalah pati yang diproses
lebih lanjut) merupakan polimer karbohidrat, dan secara mendasar berasal dari bahan yang sama. Secara alami,
pati adalah polimer, polisakarida, berasala dari biji, akar, dak daun suatu
tanaman. Hanya sedikit tanaman yang menghasilkan pati dalam kuantittas yang
secara ekonomis terpenuhi . tanama tersebut adalah jagung, gandum, beras,
kentang, ketela pohon, dan sagu. Kualitas pati yang baik akan menghasilkan
perekat yang baik juga.
Pati tersusun atas dua molekul
amilase dan amilopektin. Amilose mengandung rantai helical yang sangat panjang,
dan amilopektin mempunyai struktur bercabang. Pati tidak selalu mempunyai
komposisi yang seragam. Struktur molekulnya dan rasio amilase/amilopektin
bervariasi sesuai dengan asal tanamannya. Oleh karena itu, karakter prosesing
dan sifat akhirnya akan bervariasi. Metode yang sangat penting untuk membedakan
antara pati-pati tersebut adalah dengan mengetahui berat molekul fraksi amilsae
dan rasio amilase terhadap amilopektin.
Amilopektin dapat bekerja didalam
air dingin, tetapi amilase tidak dapat. Amilase dapat larut dalam alkali yang
sangat kuat, dimasak dengan formaldehida, atau dengan dimasak dalam air pada
suhu 150-1600C dalam tekanan tertentu pendinginan dan netralisasi
amilase akan membentuk jelly pada konsentrasi diatas 2% dan akan presipitasi
pada konsentrasi dibawah 2%. Fraksi amilase tidak pernah benar-benar larut
dalam air dan pada saat tertentu akan membentuk kristal agregate dengan ikatan hidrogen, proses
tersebut dinamakan retrogradation atau setback. Retrogradation yang menyebabkan
viskositas tidak stabil dalam type perekat tertentu yang berbasis pati.
Prosentase amilase dalam berbagai pati dan sifatnya sesuai dengan tabel.1
berikut.
Tabel
1. Sifat-sifat pati komersial
|
Jagung
|
Gandum
|
beras
|
Tapioka
|
Kentang
|
Sagu
|
Sumber
|
biji
|
Biji
|
biji
|
Akar
|
akar
|
Batang
|
Granula
diameter (microns)
|
5-26
|
3-35
|
3-8
|
3-35
|
15-100
|
10-70
|
Gelatin
temp (°C)
|
62-72
|
58-64
|
68-78
|
49-70
|
59-68
|
60-67
|
Amilase
(%)
|
28
|
25
|
19
|
20
|
25
|
26
|
Kebanyakan pati mengandung 20-30%
amilase walaupun jenis pati tertentu mengandung hanya sedikit sampai 0% atau
paling tinggi sampai 80%. Karena adanya fraksi amilase maka tepung tersuspensi
dalam air dingin yang secara esensial tidak akan dapat bereaksi sebagai suatu
perekat karena pati sangat terikat kuat dalam region-region kristal. Granula
tersebut harus dibuka dengan suatu prosesing untuk mendapatkan bonding perekat.
Gambar
1. Rumus struktur Pati Gambar 2. Rumus struktur Amilopektin dan
amilosa
Manufaktur perekat pati
Pemanasan dalam air adalah metode
yang sangat sederhana untuk memecah granula pati. Pada pemanasan dalam air,
pertama granula pati menggelembung dan kemudian pecah yang menghasilkan
pengentalan suspensi. Temperatur dimana suspensi menjadi kental dinamakan
temperatur gelation. Kebanyakan starch dalam air murni temperatur gelation
antara 57°C-72°C. Dalam bentuk tersebut pati tidak benar-benar melarut tetapi
merupakan suspensi koloidal.
Proses pemanasan ada dua macam,
pertama, garam (biasanya logam klorida, seperti calsium, magnesium dan zinc)
ditambahkan kesuspensi pati dengan air, dam sifat perekatnya diproduksi dengan
mengontrol temperatur dan waktu pengadukan. Dalam metode yang kedua, kaustik
soda ditambahkan kedalam suspensi pati dan proses seterusnya dinetralisasi
dengan asam . Pasta pati mempunyai kekentalan tinggi dan beraksi sebagai perekat.
Apabila konsentrasi pati diatas 7% maka paste yangsudah masak sangat kental dan
sulit untuk dipompa. Diatas 15% kandungan pati pasta yang sudah masak berbentuk
karet yang tidak dapat bergerak pada waktu mendingin. Suspensi dengan
perbandingan amilase/amilopektin yang lebih tinggi akan mempunyai kekentalan
yang lebih tinggi.
Pati unmodified, sebagaimana
dijelaskan diatas, adalah dalam bentuk bubuk (powder) pregelation atau
viskositas tinggi, pasta dengan kandungan padatan sedikit yang mana tidak menunjukkan
viskositas yang stabil terhadap waktu. Oleh karena itu, dikembangkan beberapa
treatment untuk membentuk pereekat cair yang tidak akan mengalami proses
retrogradation serta mempunyai kekentalan dan rheologi yang cocok untuk
berbagai bidang aplikasi. Metode perlakuannya meliputi, perlakuan alkali,
perlakuan asam dan oksidasi. Temperatur gelation dapat diturunkan dengan
penambahan alkali seperti sodium hidroksida kedalam suspensi pati. Jika
penambahan alkali memenuhi maka pati dapat menjadi gel pada temperatur ruang.
Manufaktur Perekat dekstrin
Perekat dextrin dibuat dengan dry-
roasted pati dengan katalis asam. Melalui treatmen dengan panas dan asam,
molekul pati terhidrolisasi menjadi
fragment yang lebih kecil, kemudian
di repolimerisasi menjadi cabang yang lebih tinggi, menjadi molekul yang siap
larut dengan ukuran ukuran yang lebih moderat. Tidak seperti pati, dekstrin
mudah larut dalam air. Derajat solibilitasnya ditentukan dari kemampuan
menerima perlakuan panas dan asam, yang mana merupakan dasar klasifikasi dextrin. Dextrin yang sudah
di finishing merupakan bubuk yang sangat halus bervariasi warnanya dari putih
murni sampai coklat. Ada 3 tipe perekat
dekstrin, dextrin putih, canary/dextrin kuning, dan british gum. Perbedaannya
ditentukan dari waktu roasted, temperatur dan katalis yang digunakan
Tabel
2. Sifat-sifat dextrin
Property
|
Putih
|
Kuning
|
British
gum
|
Roasted
tem, C
|
120-130
|
135-130
|
150-180
|
Roasted
time, jam
|
3-7
|
8-14
|
10-24
|
Kons.
Katalis
|
Tinggi
|
Moderat
|
Sedikit
|
Solubility
|
1-95%Dalam air
|
Sangat
larut dalam air
|
1-95%
dalam air
|
Viscosity
stability
|
Mudah
retrogradation
|
Good
stability
|
Good
stability, viskositas>kuning
|
Warna
|
Putih-buff
|
Kuning-tan
|
Kuning-coklat
|
Kisaran solubilitas perekat dekstrin
adalah suatu kelebihan yang mana dapat diformulasikan kisaran larutan dari
berbagai macam kekentalan mengacu berbagai variasi kekuatan gel.Secara umum
aditif dan proses yang digunakan untuk pengolahan perekat tepung dan perekt
dextrin adalah sama. Dextrin juga dianggap sebagai, walaupun hanya perlu
sedikit treatmen atau malah tidak sama sekali dan hanya sedikit menggubakan air
untuk membentuk pasta. Hal ini berarti drying timenya berkurang dan pada iklim
yang hangat hanya sedikit terpengaruh oleh lingkungan. Sebagai perekat, dextrin
digunakan pada banyak aplikasi yang sama dengan perekat pati. Dextrin digunakan
sebagai bahan perekat inti dalam manufaktur cetakan pengecoran logam. Disini
dextrin berfungsi untuk menjaga deformasi cetakan sebelum dibakar dalam oven.
Aditif dan modifier
Plasticizer digunakan untuk mengontrol kerapuhan perekat
jika digunakan dan mengatur laju kering. Plasticizer tersebut adalah gliserin,
glykol, sorbitol, glukosa, dan gula bereaksi sebagai agen hogroskopis untuk
menurunkan laju kering film perekat.
Aditif
lain yang ditemukan dalam perekat pati dan dekstrin adalah preservatif, bleach,
dan defoamer. Biasanya penggunaan preservatif untuk menjaga aktivitas mikrobia
meliputi formaldehida (35% padat) pada 1-2%, tembaga sulfat 0,2%, zinc sulfat,
benzoat, fluoride, phenol. Lebih dahulu harus mempertimbangkan kemungkinan efek
racun sebelum memilih preservatif. Bleaching agent yang digunakan meliputi
sodium sulfit, hidrogen dan sodium peroksida serta sodium perborate.Solven
organik digunakan untuk menambah kemampuan adhesi diatas permukaan berminyak. Kebanyakan
perekat pati dan dekstrin digunakan untuk industri kertas dan tekstil. Perekat
pati juga digunakan dalam industri kertas. Dekstrin yang digunakan adalah
dekstrin putih yang mudah larut dalam air.Dekstrin dan pati konversi sering
digunakan untuk mengikat label. Pada labeling botol, pati padatan tinggi
berbasis jelly, gum memunjukkan perekat tacky, lambat kering, dan ketahanan
humidity.
Dekstrin adalah karbohidrat yang dibentuk
selama hidrolisis pati menjadi gula oleh panas, asam dan atau enzim. Maltosa,
sukrosa dan laktosa adalah disakarida yang memiliki rumus empiris sama (C12H22O11)
tetapi berbeda dalam struktur. Dekstrin dan pati memiliki rumus umum yang sama
, – [Cx(H2O)y)]n - (y = x – 1), yang mana unit
glukosa bersatu dengan yang lainnya membentuk rantai (polisakarida) tetapi
dektrin memiliki ukuran lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan pati. Dextrin adalah
kelompok karbohidrat dengan berat molekul ringan yang diproduksi dari
hidrolisis pati. Dextrins merupakan gabungan dari unit D-glukosa polymer diikat
oleh α-(1,4) atau α-(1,6) ikatan glycosidic. Dextrins dapat diproduksi dari
pati dengan menggunakan enzim seperti amilase, sebagaimana dalam proses
pencernaan dalam tubuh manusia, atau dengan menambahkan panas dalam kondisi
asam (pirolisis atau pemanggangan) Dektrin larut dalam air tetapi dapat diendapkan dengan
alkohol. Dextrin memiliki sifat seperti pati. Beberapa dekstrin bereaksi
denngan iodin memberikan warna biru dan larut dalam alkohol 25% (disebut
amilodekstrin) sedang yang lainnya berwarna coklat-kemerahan dan larut dalam
alkohol 55% (disebut eritrodekstrin) dan yang lainnya tidak membentuk warna
dengan iodin serta larut dalam alkohol 70 (disebut akhrodekstrin), yang juga
diidentifikasi sebagai desktrosa ekuivalen (DE). DE yang tinggi menunjukkan
adanya depolimerisasi pati yang besar. Maltodekstrin adalah produk dengan DE
rendah.
Dekstrin biasanya dibentuk melalui dua tahap proses:
1. Tahap Hidrolisis.
Pada tahap pertama asam dan air
ditambahkan dalam granula pati kering yang akan memecah polimer pati dalam
reaksi hidrolisis dan molekul air ditambahkan ke dalam polimer pati. Sebagai
hasil hidrolisis maka viskositas pati akan berkurang.Derajad hidrolisis
tergantung pada jumlah asam yang ditambahkan dan lamanya waktu pencampuran
dengan pati
2. Tahap Kondensasi.
Dalam
tahap kedua pati yang dihidrolisis dikeringkan dengan panas dan vakum sampai
kelembabapn di bawah 3%. Pada saat pengeringan mencapai level ini maka
hidrolisis dihentikan dan air dibebaskan dari polimer pati. Viskositas pati
akan meningkat selama proses kondensasi ini. Kemudian terjadi transglukosidasi
atau dekstrinisasi yang merupakan pembentukan kembali glukosa dalam ikatan
glukosa dengan dan antar polimer. Ikatan alfa 1-4 dan alfa 1-6 dapat bertukar.
Selama trnasglukosidasi viskositas desktrin secara substansi tidak berubah.
Dekstrin kemudian didinginkan dan pH dekstrin dapat dinetralkan dengan
menambahkan amonia. Netralisasi akan menjadikan dekstrin lebih stabil dalam
penyimpanan. Dekstrin larut dalam air dingin dalam berbagai derajat tergantung
pada kekuatan hidrolisisnya. Desktrin ini dapat digunakan untuk berbagai
keperluan.Dektrin dapat dibuat dari berbagai sumber pati seperti tapioka dan
kentang ataupun jagung. Sifat viskositas yang rendah dari dekstrin menjadikan
dekstrin sering dipakai dalam pembuatan jelli sebagai sumber padatan yang
menstabilkan tekstur permen.
Pembuatan Dekstrin
1. Pembuatan Secara Enzimatis
Mula-mula
pati dengan konsentrasi 30% diatur pada pH 5,2 kemudian ditambahkan enzim
alfa-amilase. Suspensi kemudian diliquifikasi pada suhu 950C sambil
diaduk terus selama 3 jam. Proses inaktivasi enzim dilakukan dengan pendinginan
pada suhu -40 selama 1 jam. Dekstrin cair yang diperoleh dituang ke
dalam loyang yang sudah dilapisi plastik kemudian dikeringkan. Setelah kering
dekstrin tersebut dihaluskan dengan blender dan diayak.
2. Pembuatan Secara Asam
Suspensi
pati 30% ditambah HCl 0,5%. Suspensi kemudian diliquifikasi pada suhu 950C
dan diaduk. Setelah proses liquifikasi selesai lakukan penetralan. Dekstrin
yang diperoleh dituang dalam loyang dan dikeringkan, diblender dan diayak.
3. Pembuatan Secara Kering
Tepung tapioka disangrai selama 3
jam. Penyangraian pertama pada suhu 800C kemduian disemprot dengan
HCl 0,4 N dengan tetap diaduk. Suhu dinaikkan sampai 1200C selama 2
jam. Dekstrin kering diangin-anginkan kemudian dilakukanpengayakan dan dikemas.
(http://ptp2007.wordpress.com/2008/01/22/dekstrin/)
Dekstrin
merupakan bubuk berwarna putih, kuning atau coklat sebagian atau seluruhnya
larut dalam air, menghasilkan solusi optis aktif viskositas rendah. Sebagian
besar dapat dideteksi dengan larutan yodium. Dekstrin putih dan kuning berasal
dari pemanggangan pati dengan penambahan sedikit asam atau tanpa asam dapat
disebut sebagai British gum. Deksttin kuning digunakan sebagai lem yang larut
dalam air. Dekstrin putih digunakan sebagai
Penambah kerenyahan dalam pemrosesan makanan, dalam pelapisan dan glasir.
(http://nienkitchen.com/dextrin-dekstrin.html)
Fenol
atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal
tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3
gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut
menjadikan anion
fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan
dalam air. Dibandingkan dengan alkohol
alifatik
lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.
Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti
itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan
oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin
tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol
didapatkan melalui oksidasi
sebagian pada benzena
atau asam benzoat dengan proses Raschig,
Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.
Fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol
atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian
komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol
berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,
pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat
mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Fenol mengandung
gugus OH, terikat pada sp2-hibrida, mempunyai titik didih yang
tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O, Fenol larut dalam
pelarut organik, berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna, mempunyai massa
molar 94,110C, mempunyai titik didih 181,9oC, mempunyai
titik lebur 40,9oC.
Gambar 3. Rumus struktur
fenol
Tawas(Alum)
adalah baik tertentu senyawa kimia dan kelas senyawa
kimia. Senyawa spesifik adalah terhidrasi
kalium
aluminium sulfat
( tawas kalium ) dengan rumus K
Al ( SO 4)
2. 12 H 2 O
. Kelas yang lebih luas dari senyawa yang dikenal sebagai alum memiliki rumus
empiris terkait, AB (SO 4) 2.12H 2 OAlum berguna
untuk berbagai proses industri. Mereka larut dalam air ; memiliki zat asam,, dan rasa manis; bereaksi asam
terhadap lakmus
, dan mengkristal
di teratur oktahedra . Ketika dipanaskan mereka mencairkan,
dan jika pemanasan dilanjutkan, dengan air kristalisasi didorong off, buih
garam dan membengkak, dan akhirnya bubuk amorf tetap. Kalium tawas tawas umum adalah perdagangan, meskipun
soda tawas , tawas besi , dan tawas amonium diproduksi. Tawas juga digunakan dalam pemurnian air minum
di industri. Dalam sebuah tangki penampungan, beberapa tawas (phitkari)
ditambahkan ke dalam air sehingga bagian koloid bermuatan negatif cahaya tetap
bersama-sama dan mendapatkan (ringan & melayang di atas terflokulasi ) ketika tawas membuat partikel koloid
dinetralkan dengan membuat ion aluminium yang di-load dengan koloid bagian.
Ketika bagian-bagian koloid jadi berat mereka dapat dengan mudah dipisahkan
dari tangki sebelum filtrasi dan disinfeksi lebih lanjut dari air.( (http://en.wikipedia.org/wiki/Alum)
Gliserin adalah senyawa gliserida yang
paling sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik.
Gliserin merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk
trigliserida. Gliserin dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari lemak
hewan, Transersterifikasi pembuatan bahan bakar biodesel dan proses poliklorohidrin serta
proses pengolahan minyak goreng. Gliserin memiliki rumus molekul C3H8O3.
Gliserim merupakan cairan bening tak berwarna, tanpa bau, mempunyai titik
lebur 17,8 0C, titik didih 290 0C. Kelekatan Pa 1,412 0S.
(http://en.wikipedia.org/wiki/glycerol)
BAB
III METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.
Alat dan Bahan
A.
Alat
1. Neraca analitik 6.
Pipet ukur
2. Pengaduk magnet
dengan pemanas 7.
Pipet takar
3. Gelas beaker 250 ml 8. Pipet
tetes
4. Gelas arloji 9.
Pro pipet
5. Gelas ukur 10.
Kompor Listrik
B.
Bahan
1. Akuades 4.
Tawas
2. Dextrin 5.
Phenol
3. Gliserin
3.2.
Langkah Kerja
1. Dicuci
dan dikeringkan gelas beaker, kemudian ditimbang beratnya
2. Ditimbang
sebanyak 35 gram dekstrin, kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker
3. Diambil
sebanyak 50 ml aquadest, sedikit demi sedikit dimasukan kedalam gelas beker
yang berisi bubuk dekstrin sambil terus diaduk.
4. Ditambahkan
3,5cc gliserin, lalu di aduk sampai homogen
5. Ditambahkan
tawas 1,75 gram, lalu diaduk sampai homogen
6. Dipanaskan
larutan di atas kompor sampai suhu 85ºC selama 20 menit, lalu didinginkan
sampai suhu 48ºC.
7. Ditambahkan
1,7 ml phenol kedalam lem dan aduk sampai homogen
8. Diamati
seluruh perubahan yang terjadi selama pratikum, dan dicatat
9. Di
timbang gelas beker yang berisi lem dan dihitung berat lem yang dihasilkan
10. Dilakukan
pengujian lem terhadap berbagai substrat ( kertas karton dan kulit) yang
berukuran 2x10 cm dengan waktu 5 menit, 10 ment dan 15 menit.
11.
Kemudian lem dimasukan kedalam plastik
dan disimpan dalam botol kemasan.
12. Substrat
disimpan selama 1 minggu dan di uji kekuatan daya rekat lem pada substrat
tersebut dengan alat digital force gauge.
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
HASIL
Tabel 3. Komposisi bahan dan berat lem tiap
kelompok
No
|
Kelompok
|
B. Beker Kosong (gram)
|
Berat Dextrin (gram)
|
Volume Gliserin (ml)/cc
|
Berat Tawas (gram)
|
Volume Phenol (ml)/cc
|
B. beker + Lem (gram)
|
Berat Lem (gram)
|
1
|
I
|
61,662
|
35,006
|
3,5
|
1,754
|
1,7
|
135,572
|
73,910
|
2
|
II
|
65,279
|
35,017
|
3,5
|
3,505
|
1,7
|
148,670
|
83,391
|
3
|
III
|
64,264
|
35,008
|
3,5
|
1,752
|
1,7
|
144,141
|
79,877
|
4
|
IV
|
64,741
|
35,005
|
3,5
|
1,753
|
1,7
|
145,385
|
80,644
|
5
|
V
|
109,165
|
35,002
|
3,5
|
1,758
|
1,7
|
187,222
|
78,057
|
6
|
VI
|
130,953
|
35,003
|
3,5
|
1,751
|
1,7
|
205,345
|
74,392
|
7
|
VII
|
64,279
|
35,006
|
3,5
|
3,502
|
1,7
|
144,532
|
80,235
|
Ket:
Warna lem : Coklat
Perubahan warna :
- Dekstrin bubuk + aquadest = kuning
kecoklatan
- ( Dektri bubuk + aquadest) + tawas = Coklat
- Setelah dipanaskan ,volume larutan
berkurang, warna coklat semakin pekat.
Gambar 4. Lem berbahan
dasar dextrin (hasil praktikum)
Tabel
4. Data pengujian daya rekat lem
No
|
Kelompok
|
Daya Rekat Lem Pada Substrat (Kertas Karton)
|
Daya Rekat Lem Pada Substrat (Kulit)
|
||||
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
||
1
|
I
|
0,5 kg
|
0,4 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
2
|
II
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
0,4 kg
|
0,7 kg
|
0,4 kg
|
0,5 kg
|
3
|
III
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
0,1 kg
|
0,8 kg
|
1,6 kg
|
0,1 kg
|
4
|
IV
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,3 kg
|
0,2 kg
|
0,1 kg
|
0,1 kg
|
5
|
V
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
0,6 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
6
|
VI
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,3 kg
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,2 kg
|
7
|
VII
|
0,5 kg
|
0,4 kg
|
0,3 kg
|
0,3 kg
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
Ket
: Kecepatan alat uji : 63.5 mm/min
Gambar 5. Substrat kulit dan
kertas Gambar 6. digital
force gauge
4.2.
PEMBAHASAN
Perekat dextrin
adalah bahan yang ready stock, murah
meriah, dan mudah aplikasinya dalam dispersi air. Perekat tersebut
dipertimbangkan sebagai kelas perekat yang sangat murah untuk packaging.
Formulasi perekat pati dan dekstrin dapat dengan mudah diaplikasikan dalam kondisi
panas atau dingin. Secara umum perekat tersebut disajikan untuk end user dalam
bentuk bubuk dan kemudian dicampur dengan air dalam penggunaannya, relatif
berwujud sangat pasta. Perekat pati dan dextrin matang atau curing dengan cara
hilangnya kandungan air. Karena perekat tersebut curing dengan struktur
termosetting, maka mempunyai sifat ketahanan panas yang baik. Kelebihan lain
karena laju curing yang sangat lambat sehingga ada kelonggaran waktu kerja.
Kekurangannya meliputi ketahahan terhadap kelembaban yang rendah dan mudah
untuk pertumbuhan
bakteri.
Pada
praktikum pembuatan lem berbahan dasar dextrin, langkah pertama yang kami
lakukan adalah mencuci gelas beker, lalu mengeringkan dalam oven, supaya gelas
beker benar-benar bersih dan bebas air, sehingga tidak mempengaruhi pada proses
pembuatan lem. Setelah di oven, gelas beker di keluarkan dan didinginkan dalam
desikator. Selanjutnya gelas beker di timbang dengan menggunakan neraca
analitik, supaya di dapat hasil yang akurat.
Ditimbang sebanyak 35 gram dextrin,
lalu di masukkan ke dalam gelas beker yang telah ditimbang tadi. Fungsi dextrin
adalah sebagai bahan dasar pembuatan lem. Dextrin yang kami gunakan adalah
dextrin putih.
Tabel
5. Sifat-sifat dextrin putih
Property
|
Putih
|
Roasted
tem, C
|
120-130
|
Roasted
time, jam
|
3-7
|
Kons.
Katalis
|
Tinggi
|
Solubility
|
1-95%Dalam air
|
Viscosity
stability
|
Mudah
retrogradation
|
Warna
|
Putih-buff
|
Selanjutnya dimasukkan 50 ml akuades
sedikit demi sedikit ke dalam gelas beker yang berisi dextrin tersebut, sambil
terus diaduk. Fungsi akuades adalah sebagai pelarut dextrin. Tujuan dimasukkan
akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk, supaya dextrin dan akuades
tercampur merata. Pada saat bubuk dextrin dan akuades bercampur, warnannya adalah
kuning kecoklatan. Secara teoritis, dextrin juga larut dalam alkohol 25% dan
75%, tetapi dalam praktikum ini kami menggunakan akuades sebagai pelarut karena
daya larutnya lebih bagus dibandingkan dengan alkohol.
Setelah akuades dan dextrin
tercampur secara merata, selanjutnya ditambahkan 3,5 cc gliserin, lalu diaduk
sampai homogen. Fungsi penambahan gliserin adalah sebagai plasticizer yang
digunakan untuk mengontrol kerapuhan perekat jika digunakan dan mengatur laju
curing. Setelah akuades dan dextrin homogen, ditambahkan tawas sebanyak 1,75 gram,
lalu diaduk sampai homogen. Tujuan penambahan tawas yaitu untuk membantu proses
penggumpalan lem, karena berdasarkan teori tawas merupakan senyawa koagulan.
Setelah akuades, dextrin, gliserin dan tawas tercampur merata, lem dipanaskan
diatas kompor listrik sampai suhu 850C. Pemanasan dalam air adalah
metode yang sangat sederhana untuk memecah granula pati. Pada pemanasan dalam
air, pertama granula pati menggelembung dan kemudian pecah yang menghasilkan
pengentalan suspensi. Temperatur dimana suspensi menjadi kental dinamakan
temperatur gelation. Kebanyakan starch dalam air murni temperatur gelation
antara 57°C-72°C. Dalam bentuk tersebut pati tidak benar-benar melarut tetapi
merupakan suspensi koloidal. Setelah dipanaskan, lem didinginkan selama 20
menit dengan suhu 48oC, lalu ditambahkan 1,7 gram phenol, diaduk
sampai homogen. Tujuan pendinginin selama 20 menit adalah supaya suhunya turun
dari 850C menjadi 480C. digunakan suhu 480C
pada saat penambahan phenol, supaya phenol cepat larut. Karena secara teoritis,
phenol memiliki kelarutan yang terbatas dalam air. Tujuan penambahan phenol
adalah sebagai pengawet sehingga lem yang dihasilkan lebih tahan lama dan tahan
terhadap gangguan mikrobia.
Setelah terbentuk lem, gelas beaker
yang berisi lem ditimbang untuk menentukan berat lem yang dihasilkan. Pada
praktikum ini, zat yang dapat membentuk lem atau memberi daya rekat adalah
amilopektin dari dextrin tersebut.Amilopektin dapat bekerja pada air dingin dan
air panas. Kebanyakan perekat pati dan dextrin digunakan untuk industri kertas
dan tekstil. Perekat pati juga digunakan dalam industri kertas. Dextrin yang
digunakan adalah dextrin putih yang mudah larut dalam air. Dextrin dan pati
konversi sering digunakan untuk mengikat label. Pada labeling botol, pati
padatan tinggi berbasis jelly, gum memunjukkan perekat tacky, lambat kering,
dan ketahanan humidity.
Berdasarkan data praktikum diperoleh berat lem
yang bervariasi dari masing-masing kelompok. Seperti disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 6. Komposisi
bahan dan berat lem tipa kelompok
No
|
Kelompok
|
B. Beker Kosong (gram)
|
Berat Dextrin (gram)
|
Volume Gliserin (ml)/cc
|
Berat Tawas (gram)
|
Volume Phenol (ml)/cc
|
B. beker + Lem (gram)
|
Berat Lem (gram)
|
1
|
I
|
61,662
|
35,006
|
3,5
|
1,754
|
1,7
|
135,572
|
73,910
|
2
|
II
|
65,279
|
35,017
|
3,5
|
3,505
|
1,7
|
148,670
|
83,391
|
3
|
III
|
64,264
|
35,008
|
3,5
|
1,752
|
1,7
|
144,141
|
79,877
|
4
|
IV
|
64,741
|
35,005
|
3,5
|
1,753
|
1,7
|
145,385
|
80,644
|
5
|
V
|
109,165
|
35,002
|
3,5
|
1,758
|
1,7
|
187,222
|
78,057
|
6
|
VI
|
130,953
|
35,003
|
3,5
|
1,751
|
1,7
|
205,345
|
74,392
|
7
|
VII
|
64,279
|
35,006
|
3,5
|
3,502
|
1,7
|
144,532
|
80,235
|
Berat
lem dengan angka tertinggi adalah berat lem dari kelompok 2, ini dikarekan
bahan yang mereka gunakan lebih banyak dari kelompok lain, seperti berat tawas,
kelompok lain hanya menggunakan 1,7 gram, sedangkan kelompok 2 menggunakan
berat tawas 3,5 gram. Ini bisa dilihat pada tabel diatas. Setelah diketahui
berat lem, dilakukan pengujian daya rekat lem dengan menggunakan dua substrat yaitu kertas karton dan kulit samak.
Masing-masing berukuran 2x10 cm, pengujian ini dilakukan dengan cara
mengoleskan lem pada substrat tersebut. Setelah di olesi dengan lem, diamkan
substrat selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Tujuannya adalah untuk
mengetahui daya rekat lem berdasarkan perbedaan waku tersebut. Setelah
didiamkan substrat selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit, direkatkan kedua
permukaan substrat tersebut. Setelah itu, masukkan kedalam plastik dan disimpan
selama satu minggu. Setelah satu minggu,
dilakukan pengujian daya rekat lem dengan menggunakan alat penguji daya rekat
lem yang disebut digital force gauge dengan kecepatan daya tarik 63,5 mm/min. Berdasarkan
pengujian diperoleh data daya rekat lem dari setiap kelompok, yang disajikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel
7. Data pengujian daya rekat lem
No
|
Kelompok
|
Daya Rekat Lem Pada Substrat (Kertas Karton)
|
Daya Rekat Lem Pada Substrat (Kulit)
|
||||
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
||
1
|
I
|
0,5 kg
|
0,4 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
2
|
II
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
0,4 kg
|
0,7 kg
|
0,4 kg
|
0,5 kg
|
3
|
III
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
0,1 kg
|
0,8 kg
|
1,6 kg
|
0,1 kg
|
4
|
IV
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,3 kg
|
0,2 kg
|
0,1 kg
|
0,1 kg
|
5
|
V
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
0,6 kg
|
0,2 kg
|
0,4 kg
|
6
|
VI
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,3 kg
|
0,5 kg
|
0,2 kg
|
0,2 kg
|
7
|
VII
|
0,5 kg
|
0,4 kg
|
0,3 kg
|
0,3 kg
|
0,5 kg
|
0,3 kg
|
Untuk
mengetahui kelompok mana yang daya rekatnya lebih kuat, dapat dilihat pada
grafik 1 dibawah ini
Grafik 1.
Grafik Pengujian Kekuatan Daya Rekat Lem Berbahan Dasar Dextrin
Berdasarkan hasil pengujian daya
rekat lem yang dapat dilihat pada grafik 1 diatas, dapat dilihat bahwa lem
berbahan dasar dextrin cocok untuk perekat kulit dan kertas karton. Angka
tertinggi ditunjukkan oleh data kelompok tiga, yaitu pada substrat kulit dengan
waktu 10 menit, yang kekuatan daya rekat lemnya adalah 1,6 kg. Untuk substrat
kertas, kekuatan daya rekat lem yang paling tinggi adalah 0,5 kg dengan
kecepatan tarik yang sama dengan pengujian kelompok lain, yaitu 63,5 mm/min.
Untuk angka terendah ditunjukkan oleh data kelompok tiga juga, yaitu pada
substrat kulit samak dan kertas karton, yang kekuatan daya rekat lemnya 0,1 kg.
Dari hasil perbandingan tiap data kelompok, dapat disimpulkan,bahwa lem
berbahan dasar dextrin lebih bagus untuk perekat kulit, tetapi secara teoritis,
lem berbahan dasar dextrin bagus digunakan untuk perekat kertas. Perbedaan ini
disebabkan karena formulasi bahan yang berbeda dengan teoritis, dan kesalahan
dalam praktikum. Perbedaan kekuatan daya tarik tiap kelompok, disebabkan karena
waktu pengolesan ke substratnya kurang bagus dan kualitas lemnya yang kurang
baik
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Warna
lem yang dihasilkan tiap kelompok adalah sama, yaitu coklat
2. Berat
lem tiap kelompok berbeda
3. Kelebihan
perekat berbahan dasar dextrin adalah tahan terhadap panas dan kelembaban, kekurangannya adalah
laju curingnya lama
4. Lem
berbahan dasar dextrin cocok untuk perekat substrat kulit dan kertas.
5.2.
Saran
1. Sebelum
praktikum, gunakan jas praktikum
2. Berhati-hatilah
saat praktikum, apalagi pada praktikum ini menggunakan phenol. Phenol bersifat higroskopis dan berbahaya
bagi kesehatan
3. Gunakan
prinsip K3 saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hartomo, AJ.dkk.1992.
Memahami Polimer.Yogyakarta:Andi Offset.
Jarowenko,W.1977.Starch
Based Adhesives.Chapter 12, Handbook Of Adhesives. New York: Van Nostrand
Reinhold.
http://qforq.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
Diakses:
25/12/2011, 09.09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar