PRAKTIKUM V
PROSES
TITRASI IODOMETRI
Menetapkan
kadar zat oksidator dalam contoh
A. Tujuan:
- Membuat larutan Natrium Thio Sulfat (Na2S2O3) 0,1 N
- Menetapkan normalitas Natrium Thio Sulfat (Na2S2O3) 0,1 N
- Menentukan
kadar Cu ( II ) dalam cupri sulfat
- Menentukan
kadar klorin pada pemutih (NaClO)
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Ø Buret
Ø Statif dan Klem
Ø Alas Titar
Ø Erlenmeyer 250 ml
Ø Gelas Beker
Ø
Labu ukur 100 dan 250 ml
Ø
Pipet gondok 25 ml
Ø
Kaca Arloji
Ø
Pipet ukur
Ø
Pipet Tetes
Ø
Propipet
Ø
Sudip
Ø
Termometer
Ø
Kompor listrik
Ø
Botol semprot
Ø
Neraca Analisi
|
Bahan yang digunakan:
Ø
Aquades
Ø
Kalium Dikromat ( padat )
Ø
Larutan KI 20%
Ø
Larutan H2SO4
4 N
Ø
Larutan Natrium thio sulfat (Na2S2O3)
0,1 N
Ø
Indikator Amilum
Ø
Cupri sulfat ( padat )
Ø
Pemutih ( NaClO )
|
Dasar Teori
Dalam analisa
volumetri, yang dimaksud proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses iodimetri adalah proses
titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar.
Pada sebagian besar
titrasi iodometri, bila didalam larutan terdapat kelebihan ion iodida, maka
akan terjadi ion Triiodida ( I3- ). Hal ini disebabkan karena iodium sangat
cepat larut dalam larutan iodida. Khusus dalam proses titrasi iodo-iodimetri, maka
yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah banyaknya zat tersebut
yang dapat bereaksi atau dapat
Membebaskan 1 gram I. Dibandingkan dengan
oksidator-oksidator seperti : KMnO4, K2Cr2O7,
atau Ce(SO4)2, I2 merupakan oksidator
yang lebih lemah, tetapi merrupakan suatu reduktor yang lebih kuat.
Larutan
I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan
I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna
kuning muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak
berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Namun demikian,
warna yang terjadi dalam larutan tersebut akan lebih sensitif dengan
menggunakan larutan kanji sebgai katalisatornya karena kanji dengan I2
dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu kompleks iodium yang berwarna biru,
meskipun konsentrasi I2 sangat kecil.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Pada
Titrasi Secara Iodometri
- “Oksigen Error” terjadi jika dalam larutan
asam (kesalahan makin besar dengan meningkatnya asam).
Pencegahan : -suasana atmosfir inert
- penambahan CO2 padat atau NaHCO3
- Reaksi iodometri dilakukan dalam
suasana asam sedikit basa (pH<8), jika terlalu basa, maka akan terjadi
reaksi: I2 + 2-OH
IO-(ion
hipoiodit) + I- + H2O
3IO 2I-
+ IO3-(ion
iodat)
Sehingga volume tiosufat (titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi pada
pH sekitar 11,5
- larutan
kanji yang telah rusak akan memberi warna violet yang sulit hilang warnanya,
sehingga akan mengganggu penitaran.
- pemberian kanji terlalu awal, dapat
menyebabkan iodium menguraikan amilum dan hasil peruraian mengganggu
perubahan warna pada titik akhir
- penambahan KI harus berlebih, karena I2
yang dihasilkan sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam KI, jadi KI
yang ditambahkan selain mereduksi analit juga melarutkan I2 hasil
reaksi.
- larutan tiosulfat (H2S2O3)
dapat terdekomposisi:
suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan tiosulfat menjadi
belerang.
Prosedur Kerja
A. Prosedur
Kerja umum
1) Siapkan tempat untuk kita melakukan
praktikum
2) Persiapkan alat-alat yang akan digunakan
pada proses titrasi
3) Cuci dan bersihkan alat -alat yang akan
digunakan
4) Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan
5) Pasang buret pada statif
B. Prosedur Kerja Pembuatan Larutan H2SO4
4N
Ø Siapkan labu ukur 250 ml kemudian diisi
dengan aquades secukupnya
Ø Ambil larutan H2SO4
4N sebanyak 27,7 ml dengan menggunakan pipet gondok 25 ml dan pipet ukur 5 ml
Ø Masukkan kedalam labu takar 250 ml yang
telah diisi dengan aquades tadi
Ø
Tambahkan
aquades hingga tanda garis
Ø
Kocok-kocok dengan cara searah
sehingga menjadi homogen
Ø
Apabila masih terasa panas
masukkan atau rendam labu ukur tadi kedalam air dan diamkan hingga dingin
Ø Larutan H2SO4 telah
siap digunakan untuk bahan tambahan pada proses titrasi penentuan standarisasi
KMnO4
C. Prosedur Kerja Pembuatan larutan kalium
dikromat dan penentuan standarisasi larutan tiosulfat.0,1N
Ø Timbang kalium dikromat (K2Cr2O7)
0,5 gram dengan menggunakan gelas arloji dan neraca analitis
Ø Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan
dengan aquades sampai tanda garis 100 ml
Ø Ambil dengan menggunakan pipet gondok
sebanyak 10 ml, masukkan dalam erlenmeyer 100 ml, dan tambahkan 3 ml larutan KI
10% kemudian tambahkan lagi 10 ml larutan H2SO4 4N kedalam
larutan tersebut
Ø Kocok-kocok hingga sampai menjadi homogen
Ø Tutup rapat-rapat dan simpan ditempat yang
gelap selama lebih kurang 3 menit
Ø Siapkan larutan tiosulfat (Na2S2O3)
sebagai titran pada buret
Ø Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan
warna pada campuran larutan kalium dikromat dari warna coklat tua menjadi
kuning kehijauan
Ø Tambahkan Amilum ± 3-7 tetes hingga terjadi perubahan warna
dari kuning kehijauan menjadi biru tua kehitaman
Ø Lakukan titrasi kembali hingga berubah
dari biru tua kehitaman menjadi warna biru muda
Ø Lakukan titrasi sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang lebih tepat
Ø Hitung, catat dan rata-ratakan hasil
volume larutan thiosulfat yang terpakai.
D. Prosedur Penetapan Kadar Cu(II)
dalam cupri sulfat
Ø Timbang ± 0,781 gram cupri sulfat (CuSO4) menggunakan gelas arloji
dan neraca analitik
Ø Larutkan dengan aquades dalam gelas bekker
hingga menjadi larutan homogen
Ø Masukkan kedalam labu ukur 50 ml dan
encerkan dengan aquades hingga tanda garis
Ø Kocok hingga menjadi larutan homogen
Ø Ambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan
pipet gondok 10 ml
Ø Masukkan dalam erlenmeyer 250 ml tambahkan
larutan KI 10% sebanyak 5 ml dan H2SO4 4N sebanyak 10 ml.
Larutkan sampai menjadi homogen
Ø Tutup dengan plastik dan simpan ditempat
yang gelap selama ± 3 menit
Ø Siapkan larutan thiosulfat sebagai larutan
titran dalam buret
Ø Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan
warna dari warna coklat tua menjadi warna kuning kehijauan.
Ø Tambahkan amilum ± 3-5 tetes sampai terjadi perubahan warna
dari kuning kehijauan menjadi biru tua
Ø Lakukan titrasi kembali sampai warnanya
berubah menjadi putih susu
Ø Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
Ø Catat volume thiosulfat yang dipakai dan jumlahkan jumlah rata-rata
dari ketiga titrasi tadi
E.
Penetapan kadar klorin pada pemutih (NaClO)
Ø Ambil cairan pemutih (Bayclin) sebanyak 5
ml dengan menggunakan pipet gondok 5 ml
Ø Masukkan kedalam labu takar 100 ml dan
encerkan dengan aquades hingga tanda garis
Ø Kocok sampai menjadi larutan yang homogen
Ø Ambil sebanyak 5 ml dengan menggunakan
pipet gondok 5 ml dan masukkan kedalam tabung erlenmeyer
Ø Tambahkan KI 20% sebanyak 5 ml dan H2SO4
sebanyak 5 ml
Ø Lakukan titrasi dengan larutan thiosulfat
sebagai titran dan larutan campuran pemutih sebagai titrat sampai terjadi
perubahan warna dari merah tua menjadi kuning emas
Ø Tambahkan Amilum sebanyak ± 3-5 tetes sampai terjadi perubahan warna dari kuning emas menjadi kuning
kehijauan pekat
Ø Lakukan titrasi kembali sampai warnanya
berubah menjadi warna jernih.
Ø
Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
Ø
Catat volume thiosulfat yang
dipakai dan jumlahkan jumlah rata-rata dari ketiga titrasi tadi
Hasil dan Pengamatan
1.
Pengamatan pada proses Penentuan Standarisasi
Kalium Dikromat dengan titran Thiosulfat (Na2S2O3)
Ø Pada awalnya warna kalium dikromat yang
diencerkan dengan faktor pengencer 100/10 berwarna kuning setelah tambah KI 10%
sebanyak 3 ml warnanya berubah menjadi coklat tua dan setelah ditambahkan H2SO4
4N sebanyak 10 ml warnaya berubah kembali menjadi warna coklat tua pekat kemudian
setelah dititrasi dengan larutan thiosulfat sebanyak ±10 ml warnanya berubah menjadi kuning
kehijauan dan ditambahkan amilum sebanyak ±3 tetes warnanya berubah menjadi biru tua
kehitaman kemudian dititrasi kembali dengan thio sebanyak ±1ml larutannya kembali berubah warna menjadi
biru muda dan apabila warnanya telah menjadi biru muda maka proses titrasi
telah selesai dan hasil thio yang terpakai dijadikan sebagai volum titrasi
serta untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat sebaiknya titrasi dilakukan
lebih dari satu dan kita ambil hasil akhir dari titrasi adalah hasil rata-rata
dari jumlah titrasi yang kita lakukan.
Ø Sebelum dilakukan titrasi iodometri
larutan harus didiamkan beberapa menit ditempat yang gelap atau tidak terkena
sinar hal ini disebabkan sifat dari larutan iodometri yang mengandung iodium
yang sangat peka terhadap oksigen apabila dibiarkan terkena sinar akan
menyebabkan pH asamnya terus naik dan itu sangat sulit untuk dilakukan titrasi dengan
larutan thiosulfat karena untuk melakukan titrasi keadaan pH larutan iodium
harus dalam keadaan sedikit basa (pH<8) tetapi apabila terlalu basa juga
tidak bagus karena akan terjadi endapan iodium.
Ø Pada percobaan ketiga pada titrasi
penentuan standarisasi thiosulfat KI yang digunakan adalah KI 20% sehingga
karena kadar KI yang banyak menyebabkan pada saat penambahan amilum warnanya
langsung berubah menjadi biru muda sehingga tidak dilakukan titrasi kembali karena
telah bersifat basa
2.
Pengamatan pada proses Penentuan Kadar
Larutan cu dalam cupri sulfat
Ø Pada awalnya larutan CuSO4 berwarna
biru muda ditambah KI 10% 5 ml dan H2SO4 4N 10 ml
warnanya menjadi coklat tua. Kemudian setelah dititrasikan dengan thiosulfat sebanyak ±5,5 ml warnanya berubah menjadi kuning
kehijauan dan setelah ditambahkan amilum beberapa tetes warnanya menjadi biru
tua dan dilakukan titrasi kembali dengan thiosulfat sebanyak ±6,6 ml warnanya menjadi putih susu dan setelah dibiarkan beberapa sa’at terdapat
endapan berwarna putih pekat.
Ø Pada percobaan titrasi 2 dan 3 kemungkinan
kadar kanji dalam larutan KI 10% telah rusak karena setelah dititrasi dan
didiamkan beberapa sa’at warnanya berubah dari putih susu menjadi
kekuning-kuningan atau keruh dan mengendap.
Ø Titrasi dilakukan pada saat larutan CuSO4
telah didiamkan paling lama 3 menit ditempat yang gelap.
3.
Pengamatan pada penentuan kadar klorin
dalam pemutih (Bayclin)
Ø Pada awalnya larutan pemutih dengan faktor
pengencer 100/5 berwarna jernih dan setelah ditambah KI 20% dan H2SO4
4N warnanya berubah menjadi merah tua dan setelah dilakukan titrasi dengan
thiosulfat sebanyak ±3 ml warnanya berubah menjadi warna kuning
keemasan dan setelah ditambahkan amilum warnanya berubah menjadi warna kuning
kehijauan dan setelah dilakukan titrasi kembali dengan thiosulfat sebanyak ±0,5 ml warnanya berubah menjadi bening atau tidak berwarna.
Ø Pada titrasi penentuan kadar klorin dalam
pemutih larutan CuSO4 tidak dilakukan proses ditempat yang gelap.
PERHITUNGAN
a.
Perhitungan Standarisasi Larutan
Thiosulfat (Na2S2O3)
Perhitungan standarisasi
diawali dengan menghitung rata-rata volume thiosulfat (Na2S2O3)
seluruh percobaan titrasi agar
mendapatkan hasil yang lebih tepat.
Data Volume hasil tiga titrasi
1. 11 ml
2. 10,5
ml
3. 11
ml
Jadi rata-rata ketiga volume tersebut adalah: 10,8 ml
Rumus penentuan standarisasi
adalah sebagai berikut:
N Na2S2O3= Mg K2Cr2O7
Fp x V Na2S2O3
x Bst
Diket : Mg :
0,5 g = 500 mg
: V titran :
10,8 ml
: Fp :
100/10 = 10
:
Bst K2Cr2O7 : 49
Ditanya N Na2S2O3:…………?
N Na2S2O3
= 500
10 x 10,8 x 49
=
500
5292
= 0,094 N
b.
Perhitungan Kadar Larutan Cu Dalam Cupri
Sulfat
Data yang didapat dari ketiga proses titrasi
adalah:
1. 10,1 ml
2. 12 ml
3. 9,1 ml
Jadi
rata-rata ketiga volume titrasi tersebut
adalah : 10,4 ml
Rumus Perhitungan Kadar Cu Dalam Cupri Sulfat
Kadar
= Fp x Vtitran x Ntitran
x Bst contoh
Mg contoh
Diket : Vtitran : 10,4 ml
Ntitran : 0,094 N
Fp
: 50/10 = 5 ml
Bst CuSO4 : 159,5
gr/mol
Mg CuSO4 : 10 ml
Mr Cu : 63,5
Mr CuSO4 : 159,5
Ditanya : Kadar Cu:..............?
1. Kadar CuSO4 = 5
x 10,4 x 0,094 x 159,5 gr/mol x1mg x 100%
10 1000
= 779,63 x 1
x 100%
10.000
= 7,796%
Kadar Cu = Mr Cu x % CuSO4
Mr CuSO4
=
63,5 x 7,796%
159,5
=
3,10%
c.
Perhitungan Kadar Klorin Dalam Pemutih
Data yang didapat dari ketiga proses titrasi
adalah:
1. 3,5 ml
2. 3,7ml
3. 3,9 ml
Jadi
rata-rata ketiga volume titrasi tersebut
adalah : 3,7 ml
Rumus Perhitungan Kadar Klorin Dalam Pemutih
Kadar = Fp x Vtitran x Ntitran x Bst contoh
Mg contoh
Diket : Vtitran : 3,7 ml
Ntitran : 0,094 N
Fp
: 100/5 = 50 ml
Bst NaClO
: 74,5 gr/mol
Mg bayclin : 5 ml
Mr Cl : 35,5
Mr NaClO : 74,5
Ditanya : Kadar Cl:..............?
1. Kadar NaClO =
20 x 3,7 x 0,094 x 74,5 gr/mol
x1mg x 100%
5 1000
= 518,222
x 1 x 100%
5.000
= 10,36%
Kadar Cu =
Mr Cu x % CuSO4
Mr CuSO4
= 35,5
x 10,36%
74,5
=
4,93%
Kesimpulan
Proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses
iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai
standar.
larutan
yang tidak berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Namun
demikian, warna yang terjadi dalam larutan tersebut akan lebih sensitif dengan
menggunakan larutan kanji sebgai katalisatornya karena kanji dengan I2
dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu kompleks iodium yang berwarna biru,
meskipun konsentrasi I2 sangat kecil.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Titrasi Secara Iodometri
1)
“Oksigen
Error” terjadi jika dalam larutan asam (kesalahan makin besar dengan
meningkatnya asam).
Reaksi iodometri dilakukan
dalam suasana asam sedikit basa (pH<8), jika terlalu basa,
Sehingga volume tiosufat
(titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi pada pH sekitar 11,5
2) larutan kanji yang telah rusak akan memberi
warna violet yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu penitaran.
3) pemberian kanji terlalu awal, dapat
menyebabkan iodium menguraikan amilum dan hasil peruraian mengganggu perubahan
warna pada titik akhir
4) penambahan KI harus berlebih, karena I2
yang dihasilkan sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam KI, jadi KI yang
ditambahkan selain mereduksi analit juga melarutkan I2 hasil reaksi.
5) larutan tiosulfat (H2S2O3)
dapat terdekomposisi:
suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan tiosulfat menjadi
belerang.
Untuk
proses titrasi penentuan standarisasi thiosulfat, dan penentuan kadar Cu dalam
dalam cupri sulfat larutan standar harus disimpan terlebih dahulu ditempat yang
gelap sebelum dilakukan penitrasian.
Kadar
konsentrasi KI mempengaruhi dalam proses titrasi karena apabila titrasi
menggunakan konsentrasi yang rendah maka proses titrasi akan lebih lambat dan
kemungkinan terjadinya kesalahan akan lebih banyak.
Rumus
penentuan standarisasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N Na2S2O3= Mg K2Cr2O7
Fp x V Na2S2O3 x Bst
Rumus
penentuan kadar Cu dan Klorin dapat dihitung dengan rumus:
Kadar = Fp x Vtitran x Ntitran x Bst contoh dan
Mg contoh
Kadar zat yang dicari
= Mr zat yang dicari x % contoh
Mr contoh
Daftar Pustaka
Hermiyati, Indri. 2008. Petunjuk Praktikum Kimia Analisa. Penerbit ATK.
Arryanto, Vateman.1996.Petujuk Praktikum Kimia Analisa Bagian I. Penerbit ATK
Sastrohamidjojo,
Hardjono.2005.Kimia Dasar.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar